Jawa Pos, 25 November 2000
Mahasiswa Fisika ITS Ciptakan Alat Penunjuk Waktu Salat Sepanjang Masa
Fleksibel, Praktis, dan Lebih Akurat
Satu lagi karya inovatif diciptakan mahasiswa Surabaya, Lukman Bawafi, mahasiswa Fakultas MIPA Jurusan Fisika ITS, menciptakan alat pertanda waktu salat elektronik. Alat yang diberi nama mauQuta ini, selain mampu menunjukkan jadwal salat sepanjang masa, suara azan juga akan berkumandang setiap waktu salat tiba.
MAUQUTA adalah kata Arab yang berarti yang telah ditentukan waktunya. Nama temuan Lukman itu diambil dari Alquran surat An-Nisa 103. Alat itu diciptakan untuk karya akhir kuliahnya yang diberi judul Perancangan dan Pembuatan Alat Pertanda Awal Waktu Sholat dengan suara adzan.
Alat ini bisa berfungsi sebagai kalender, jam digital, dan tulisan elektronik berjalan yang bisa diprogram sesuai keinginan," jelas Lukman, kemarin.
Diciptakannya alat canggih tersebut berawal dari kejelian Lukman mengamati jadwal salat di masjid yang lima hari sekali harus diganti. "Padahal, tiap hari ada sedikit perubahan jadwal salat dalam kisaran detik," ujarnya. Selain itu, tambah Lukman, jadwal salat sebenarnya berubah sepersekian detik tiap tahun pada tanggal dan bulan yang sama.
Menurut dia, mauQuta sebenarnya semikonduktor mikrokontroler yang didalamnya berisi program komputer assembler -bahasa komputer tingkat rendah yang langsung berhubungan dengan instruksi mesin yang menirukan cara kerja seorang ahli hisab menghitung jadwal salat. Jadwal salat diperolehnya dari perhitungan ilmu falak, kedudukan matahari terhadap suatu kota atau daerah tertentu. Jadwal salat secara otomatis akan disesuaikan setiap hari.
Alat dengan hiasan kaligrafi ini juga fleksibel, mudah dibawa kemana saja. "Tinggal memilih setting di kota bersangkutan. Untuk Indonesia, ada 250 kota besar yang sudah dimasukkan ke basis data mikrokontrolernya," lanjut Lukman. Sedangkan untuk wilayah di luar Indonesia, masih harus dimasukkan letak lintang dan bujur kota yang bersangkutan dengan memutar tombol yang ada disamping kiri mauQuta.
MauQuta ternyata bukan hanya mengantarkan Lukman meraih gelar sarjana fisika dari ITS, tapi juga mendapat kucuran dana KAM (Karya Alternatif Mahasiswa) dari Dirjen DIKTI (Pendidikan Tinggi) Jakarta untuk mengembangkan karya itu lebih jauh. "Dari 40 proposal yang dikirim ITS waktu itu, hanya enam yang lolos, termasuk saya," ucapnya bangga.
Berkat mauQuta pula, Lukman menjadi semifinalis Pimnas (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional) yang akan dilombakan pada Februari 2001 mendatang di Makassar, Sulsel. Bahkan, kini karyanya dilirik produsen elektronik CV. Royan Jaya dan sedang diproduksi secara masal.
Kehebatan alat ini, selain praktis dan waktu yang dihasilkan akurat, juga terletak pada manipulasi kerja mikrokontroler. Sebab mokrokontroler adalah jenis mikroprosesor yang bukan dikhususkan untuk melakukan proses perhitungan atau komputasi numerik. Berbeda dengan mikroprosesor komputer pribadi yang memang ditujukan untuk perhitungan.
Mikrokontroler digunakan di dunia industri sebagai alat pengaturan, misalnya suhu atau proses produksi lain. "Jadi, saya masih harus menggunakan persamaan-persamaan matematika agar mikrokontroler ini bisa menghitung waktu sholat," ujar Lukman.
Lalu, mengapa tidak memakai mikroprosesor komputer biasa ? Pertimbangan Lukman semata-mata masalah harga dan kelangkaan barang. "Prosesor komputer lama seperti 386 dan 486 sekarang susah dicari. Sedang prosesor baru macam Pentium harganya masih terbilang mahal."
Akibatnya, untuk menghidupkan mauQuta -yang kini sedang dipatenkan- diperlukan waktu sekitar 90 detik guna menghitung waktu. "Ini ditandai tampilan tulisan mauQuta padadisplay," katanya. Disamping menggunakan listrik PLN 5 watt, mauQuta juga dilengkapi baterai RTC (Real Time Clock) seperti yang ada pada komputer biasa. Gunanya menyimpan data waktu, kalender, dan jam secara terus menerus. (frd)
alhamdulillah karya mahasiswa bisa berguna di masyarakat
BalasHapus